Upacara Adat Ngarot - Masyarakat Lelea
Upacara Adat Ngarot Masyarakat Lelea
diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Membaca
Dosen Pengampu: Widarsih, M.Pd.
oleh:
Gita Indah
Safitri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVElRSITAS WIRALODRA
Jalan Ir. H. Juanda KM 3 Singaraja Indramayu 45213
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVElRSITAS WIRALODRA
Jalan Ir. H. Juanda KM 3 Singaraja Indramayu 45213
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat
dan salam selalu tercurah kan kepada Rasulullah SAW.Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Membaca.
Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang adat ngarot
yang dilakukan oleh masyarakat Lelea yang penulis sajikan berdasarkan
pengamatan yang diperoleh secara langsung. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Wiralodra.
Indramayu , 02 Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Upacara
adat ngarot merupakan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia yang terdapat
di Indramayu, tepatnya di kecamatan Lelea. Upacara adat ngarot diselenggarakan
setiap kali memasuki musim penghujan sebagai tanda musim tanam padi. Upacara
yang dilakukan ini sebagai ungkapan rasa syukur warga terhadap melimpahnya
hasil pertanian. Upacara ini di peruntukan untuk para pemuda yang tinggal di
daerah tersebut. Namun saat ini, generasi muda kurang berkontribusi terhadap upacara
adat ngarot, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam upacara.
Sedangkan generasi muda merupakan investasi bagi Negara yang akan melanjutkan
peran leluhur untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.
Dengan dibuatnya makalah
ini, diharapkan para generasi muda akan lebih berupaya untuk melestarikan
budaya bangsanya. Dikarenakan setiap budaya adat pastilah memiliki peranan
peranan yang akan membentuk kepribadian yang tangguh. Dengan itu, maka makalah
ini dibuat guna membantu menyalurkan informasi mengenai Upacara Adat Ngarot
sebagai budaya yang patut dilestarikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana maksud dari
Upacara Adat Ngarot?
2. Bagaimana asal usul
Upacara Adat Ngarot?
3. Bagaimana prosesi
Upacara Adat Ngarot?
4. Bagaimana perkembangan
Upacara Adat Ngarot?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui maksud dari Upacara
Adat Ngarot.
2.
Untuk Mengetahui asal usul Upacara Adat
Ngarot.
3. Untuk mengetahui prosesi Upacara Adat
Ngarot.
4. Untuk mengetahui perkembangan Upacara
Adat Ngarot.
D. Manfaat
1.
Mendapatkan informasi mengenai maksud dari Upacara Adat
Ngarot.
2.
Mendapatkan informasi mengenai asal usul Upacara Adat Ngarot.
3. Mendapatkan informasi mengenai prosesi Upacara Adat
Ngarot.
4. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan Upacara
Adat Ngarot.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Adat
Ngarot
Kata
Ngarot dari bahasa Sansekerta berarti Ngaruwat artinya membersihkan diri dari
segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok
orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot mempunyai arti
minum, oleh pribumi disebut Kasinoman, karena pelakunya para kawula muda ( si
enom artinya anak muda ). Jadi Ngarot adalah pesta "minum-minum atau
kasinoman" sementara pendapat umum pesta ngarot adalah mencari jodoh,
namun penulis membantah bahwa hal tersebut (pendapat umum) itu tidak benar.
Ngarot bermaksud mengumpulkan para muda mudi
yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang pertanian
sambil menikmati minuman dan hiburan kesenian di balai desa.
Upacara adat ngarot merupakan salah satu
kebudayaan tradisional Indonesia yang terdapat di Indramayu, tepatnya di
kecamatan Lelea. Upacara adat ngarot diselenggarakan setiap kali memasuki musim
penghujan sebagai tanda musim tanam padi. Upacara yang dilakukan ini sebagai
ungkapan rasa syukur warga terhadap melimpahnya hasil pertanian. Upacara ini di
peruntukan untuk para pemuda yang tinggal di daerah tersebut. Namun saat ini,
generasi muda kurang berkontribusi terhadap upacara adat ngarot, sehingga
nilai-nilai yang terkandung dalam upacara. Sedangkan generasi muda
merupakan investasi bagi Negara yang akan melanjutkan peran leluhur untuk melestarikan kebudayaan
Indonesia.
Dengan dibuatnya makalah
ini, diharapkan para generasi muda akan lebih berupaya untuk melestarikan
budaya bangsanya. Dikarenakan setiap budaya adat pastilah memiliki peranan
peranan yang akan membentuk kepribadian yang tangguh. Dengan itu, maka makalah
ini dibuat guna membantu menyalurkan informasi mengenai Upacara Adat Ngarot
sebagai budaya yang patut dilestarikan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. Upacara Adat
Ngarot

Kata
Ngarot dari bahasa Sansekerta berarti Ngaruwat artinya membersihkan diri dari
segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok
orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot mempunyai arti
minum, oleh pribumi disebut Kasinoman, karena pelakunya para kawula muda ( si
enom artinya anak muda ). Jadi Ngarot adalah pesta "minum-minum atau
kasinoman" sementara pendapat umum pesta ngarot adalah mencari jodoh,
namun penulis membantah bahwa hal tersebut (pendapat umum) itu tidak benar.
Ngarot
bermaksud mengumpulkan para muda mudi yang akan diserahi tugas pekerjaan
program pembangunan di bidang pertanian sambil menikmati minuman dan hiburan
kesenian di balai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling
bermaafan bila ada kesalahan diantara mereka. Pada dasarnya yang paling utama
dari pertemuan tersebut agar para muda mudi menyadari bahwa tidak lama lagi
mereka akan turun ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong
royong saling bahu membahu secara sukarela, maka acara tersebut dinamakan
“durugan”.
Ngarot
bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar para muda mudi saling
mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku yang luhur
sesuai dengan nilai-nilai budaya nenek moyang. Ngarot adalah suatu metode atau
cara untuk menggalang dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan dikalangan para
muda mudi khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Upacara
adat Ngarot melibatkan berbagai peserta dan perangkat kegiatan, seperti muda
mudi, kepala desa dan isteri paea pamong desa, para wakil lembaga desa, seniman,
di iringi beberapa bentuk kesenian tradisional seperti seni topeng, ronggeng
ketuk, musik tanjibor dan reog serta sampyong.
Waktu
pelaksanaan upacara adat Ngarot secara turun temurun dan jatuh pada hari Rabu
wekasan yaitu antara bulan Oktober dan Nopember, dilaksanakan satu kali pada
setiap tahunnya selama sehari semalam penuh.Sebelum menentukan hari pelaksanaan
upacara Ngarot, sedikitnya dua kali Kepala Desa mengadakan rembuk desa sebagai
persiapan pelaksanaan upacara tersebut. Rernbuk desa pertama mengumpulkan para
pamong, lembaga desa, seperti LMD, LKMD, PPK dan tokoh masyarakat dan tokoh
pemuda untuk menetapkan waktu, hari, dan tanggal pelaksanaan upacara. Setelah
ada keputusan, baru diumumkan oleh Kuwu pada waktu upacara sedekah bumi. Rembuk
desa kedua mengumpulkan muda mudi calon peserta upacara adat Ngarot untuk
menetapkan corak dan warna pakaian para muda mudi dan ketentuan-ketentuan
lainnya.
B. Asal Usul Adat Ngarot
Pada mulanya, upacara Ngarot dirintis oleh kuwu
(kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya,
upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai "pesta mencari jodoh"
seperti yang terjadi sekarang. Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum,
merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para
petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.
Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta
Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepa¬da tetua kampung bernama Ki Buyut
Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah
tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik.
Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar
bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), pa¬nen padi, atau memberi
konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.
Dulu, upacara Ngarot bukanlah sarana mencari
jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu
pertanian. Akan tetapi perkembangannya, upacara Ngarot berkembang menjadi ajang
mencari jodoh atau pasangan hidup.
1.
Dihindari Janda-Duda
Sejak dulu, upacara yang hanya boleh diikuti
para perjaka dan perawan. Upacara dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi
berpakaian warna warni di hala¬man rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh
keceriaan berduyun-duyun menuju ha¬laman rumah Pak Kuwu. Pakaian mereka
indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang,
bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Untuk memikat hati para jejaki, para
gadis selalu mengenakan ka¬camata dan kepalanya penuh di¬taburi bunga
warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.
2.
Pawai
Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis
dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah,
berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka
lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan
baju pangsi warna kuning dan celana gombrang war¬na hitam, lengkap dengan ikat
kepala, mengikuti di barisan belakang.
Seusai pesta pawai, semua peserta Ngarot masuk aula balai desa.
Sambil duduk berhadap-hada¬an dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan
seni tradi¬sional tari Ronggeng Ketuk yang dimainkan penari wanita degan
pasangan pria. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita
(menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepan¬dang-pandangan, untuk
selanjutnya saling jatuh cinta.
Ketika para jejaka dan perawan bergembira ria, tidak halnya dengan
kaum janda, duda dan remaja yang kehilangan keperawanan dan keperjakaannya.
Pesta Ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka
coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga
malapetaka. Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai
arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan
sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib
karena sudah kehilangan kehormatan diri.
Tuah negatif untuk kaum janda berlaku pada saat berlangsung acara
pokok Ngarot. Yakni ketika acara saling tatap mata dengan para jejaka. Wajah
janda atau gadis tapi sudah tak perawan, meskipun sebelumnya berwajah cantik,
tiba-tiba menjadi buruk rupa. Otomatis ia tidak akan mendapatkan pasangan.
Bahkan yang lebih menakutkan, jika janda dan gadis tak perawan tadi nekat
mengikuti upacara Ngarot, ia tak akan mendapat jodoh seumur hidup. Bagi kaum
duda dan pemuda tak perjaka pun berlaku hal serupa.
Menurut warga di sana, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir
80 persen peserta Ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah
tangga dengan rukun. Namun belakangan, peserta Ngarot mulai menyusut. Anak
remaja di Desa Lelea, kini sudah mulai enggan mengikuti pawai Ngarot. Entah apa
penyebabnya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan jodoh yang masih “asli”,
orang-orang tua di Indramayu menyarankan agar memilih peserta Ngarot.
C.
Prosesi
Upacara Adat Ngarot
Peserta yang mengikuti upacara adat ngarot
mengenakan pakaian yang khas. Remaja putri mengenakan busana kebaya
berselendang yang dilengkapi aksesoris seperti kalung,gelang,cincin,bros,peniti
emas,dan hiasan rambut. Uniknya hiasan rambut upacara ini menggunakan rangkaian
bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati,dan kertas. Sedangkan remaja putra
mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam yang di
lengkapi dengan ikat kepala.
Simbol-simbol pada upacara Ngarot mengandung pesan yaitu pada bunga
kenanga pesannya agar para remaja putri tetap menjaga keperawanannya, bunga
melati mengandung pesan agar para remaja putri menjaga kebersihan diri dan
kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja putri harus tetap
menjaga kecantikannya sebagai kembang desa. Simbol pada aksesoris kalung,
gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat
dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, sedangkan gelang akar bahar
mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus melindungi dan mengayomi keluarga
dan masyarakat. Simbol pada pakaian kebaya, komboran yang bermakna pakaian khas
memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian
adat petani, selendang mengandung pesan bahwa remaja putri harus menjaga
penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik.
Upacara adat ngarot dimulai jam 8.30 dengan
berkumpulnya para peserta ngarot di halaman rumah Kepala desa Setelah para muda-mudi sudah di hiasi
dandanan yang cantik dan gagah. kemudian muda-mudi ini di arak mengelilingi
kampung dengan format kepala desa berada pada urutan paling depan disusul oleh
remaja putri dan kemudian remaja putra pada barisan paling belakang.
Arak-arakan ini di iringi dengan music khas daerah Indramayu.
Setelah acara di arak mengelilingi kampung,
semua peserta ngarot masuk di aula balai desa dan disambut oleh tari topeng
indramayu. Setelah itu masuklah kepada acara inti pada upacara adat
ngarot,susunan upacara inti tersebut antara lain:
1. Pembukaan
2. Pembacaan Sejarah
Singkat Ngarot
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan
Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman. Prosesi ini terdiri dari :
a.
Penyerahan benih padi oleh kepala desa(kuwu) kepada perwakilan
remaja putra dan putri. maksud dari
prosesi ini adalah sebagai simbol bahwa musim tanam padi sudah tiba dan petani
mulai menggarap sawah.
b. Penyerahan Kendi berisi
air putih oleh Istri kepala desa kepada
perwakilan remaja putra
dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol bahwa air tersebut di
percaya sebagai obat untuk pertanian agar pertanian menjadi subur.
c.
Penyerahan Cangkul oleh Raksa Bumi(orang yang mengurus
tentang tanah di sebuah
desa) kepada perwakilan remaja putra dan putri.. Maksud dari prosesi ini adalah
sebagai symbol agar masyarakat bisa mengolah sawah dengan baik.
d. Penyerahan pupuk
oleh sesepuh
Desa kepada perwakilan remaja
putra dan putri.. Maksud
dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi tetap subur dan mendapat hasil
panen yang melimpah.
e.
Penyerahan Ruas Bambu Kuning, Daun Andong dan Kelararas
Daun Pisang oleh Lebai
perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar
tanaman padi terhindar dari serangan hama.
5. Pemukulan GONG oleh Kuwu
sebagai tanda dimulainya Pesta ngarot.
D.
Perkembangan
Upacara Adat Ngarot
Globalisasi memberikan dampak yang signifikan
terhadap kebudayaan serta masuknya paham westernisasi dan modernisasi telah
membuat masyarakat berpindah haluan dari agraris menjadi industry, hal ini
tentu sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat
desa Lelea pada khususnya.
Paham-paham tersebut telah merubah perspektif
masyarakat secara luas bahwa sector industry jauh lebih baik di bandingkan
sector pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehingga minat masyarakat dan
generasi muda sudah berkurang untuk mengolah pertanian karena alasan sektor
industry lebih praktis jika di bandingkan dengan sektor pertanian. Tentu hal
tersebut berdampak pada upacara adat ngarot yang notabene mengajak generasi
muda untuk turut serta memajukan sistem pertanian.
Saat ini generasi muda mulai enggan untuk
mengikuti upacara adat ngarot, banyak putra-putri daerah Lelea yang sudah
bekerja di luar kota, sehingga saat acara ini akan di mulai, putra-putri daerah
tidak bisa hadir dengan alasan tertentu, jadi ada sedikit pergeseran para
peserta dan nilai-nilai ngarot untuk masyarakat desa Lelea.
Para peserta upacara ngarot kini di ramaikan
oleh putra-putri yang usianya masih sangat muda, hal tersebut terjadi karena
putra-putri yang sudah menginjak usia produktif terbentur oleh pekerjaan
ataupun studi mereka. Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara itupun sudah
mulai memudar, saat ini sepertinya masyarakat desa Lelea mengadakan upacara
adat Ngarot hanya sekedar untuk melestarikan kebudayaan yang ada sejak ratusan
tahun yang lalu agar tidak punah.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Upacara Ngarot adalah
upacara yang di laksanakan oleh masyarakat Desa Lelea pada saat menyongsong
musim tanam padi. Upacara ini di laksanakan sebagai ungkapan rasa syukur
terhadap hasil panen yang melimpah dan sebagai sarana untuk regenerasi petani
dari golongan tua terhadap golongan muda. Upacara ini di ikuti putra-putri
daerah, dimana putri mengenakan busana kebaya dan di hiasi oleh rangkaian bunga
sebagai lambang kesucian dan putra mengenakan baju komboran dan celana gombrang
berwarna hitam. Namun, karena berbagai factor minat serta nilai-nilai yang
terkandung dalam upacara tersebut memudar.
B. Saran
1.
Sebagai
penerus bangsa generasi muda pada umumnya, dan putra-putri Desa Lelea pada
khususnya harus bisa lebih berkontribusi serta bangga terhadap kebudayaan
sendiri.
2.
Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan budaya-budaya yang ada
di Indonesia agar tetap di lestarikan dan di jaga ke sakralannya oleh
masyarakat yang memiliki budaya tersebut sehingga tidak punah.
Komentar
Posting Komentar