Resensi novel Ayat Ayat Cinta karya Habibburrahman El Shirazy dan novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah Khalieqy
Resensi novel Ayat Ayat Cinta karya Habibburrahman El
Shirazy dan novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah Khalieqy
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah membaca
Dosen pengampu: Widarsih, M.pd
oleh:
Gita Indah Safitri
NPM: 882010114028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVElRSITAS WIRALODRA
Jalan Ir. H. Juanda KM 3 Singaraja Indramayu 45213
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVElRSITAS WIRALODRA
Jalan Ir. H. Juanda KM 3 Singaraja Indramayu 45213
Poligami
dalam Indahnya Cinta Berbalut Islam
oleh Gita Indah Safitri
Sebagai seorang penulis, melakukan eksplorasi imajinasi dalam melahirkan
sebuah karya mutlak dilakukan. Eksplorasi imajinasi yang diramu dengan
penggalan pengalaman akan menghasilkan sebuah karya hidup yang berhasil. Karya-karya
tersebut akan seolah-olah terlihat jelas bagi para pembacanya. Hal inilah yang
tertangkap dari membaca cerita yang tertuang pada novel Ayat-Ayat Cinta karya Habibburrahman El-Shirazy atau ‘kang abik’.
Novel-novel kang Abik
memiliki alur cerita yang sangat baik, sehingga isi cerita novelnya seolah-olah
ada dan dapat dirasakan. Ia bahkan menyajikan motivasi kehidupan dan
nilai-nilai Islam dalam setiap novelnya. Novel terbitan Republika tahun 2004 ini menghadirkan suasana percintaan Islami,
yang ternyata sejalan dengan cerita pada novel Perempuan berkalung sorban karya Abidah Khalieqy.
Kedua novel
ini mengajarkan kehidupan Islami yang sangat kental sekali, bisa menjadi motivasi
orang-orang yang membacanya.
Kedua novel ini menggunakan bahasa yang lugas atau menggunakan
bahasa sehari-hari, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca.
Novel Ayat
Ayat Cinta mengajak kita untuk lebih jernih, lebih cerdas dalam memahami
cakrawala keislaman, kehidupan, dan juga cinta. Sementara
pada novel Perempuan Berkalung Sorban menyajikan nilai-nilai islami
yang berhubungan dengan permasalahan aqidah, syari’ah, dan akhlak.
Akan tetapi,
pada novel Ayat-Ayat Cinta tokoh
utama Fahri, yang hanya laki-laki biasa dan anak seorang petani dicintai oleh
empat orang wanita sekaligus. Dalam kehidupan nyata hal ini mustahil terjadi.
Kesannya Fahri digambarkan sebagai laki-laki yang hampir sempurna.
Dan juga Maria yang jatuh sakit berminggu-minggu bahkan sampai koma,
cuma karena ditolak cintanya oleh Fahri. Dalam kehidupan nyata hal ini terlalu
berlebihan. Serta pada
novel Perempuan Berkalung Sorban ada salah
satu tokoh yang meniru gaya kebarat-baratan yang menyimpang dari unsur agama. Pada novel ini juga terkesan memberikan nilai negatif terhadap kehidupan
suatu Pondok Pesantren.
Meliputi kualitas, kelengkapan, dan kebaruan. Kedua novel ini memiliki kualitas yang sangat baik,
menurut saya juga sudah lengkap, mulai dari cover depan sampai belakang. Kedua novel ini ditulis dengan bahasa yang mendayu-dayu dengan
tokoh-tokoh yang “hidup” dalam berbagai karakter, membuat novel ini tidak hanya
sekedar dibaca sebagai cerita picisan atau romantisme biasa, melainkan
membaurkan pengetahuan atas hidup dan berkehidupan secara indah. Ketepatan
dalam mengolah kata-kata sangat tepat, membuat cerita dalam novel ini terasa
benar-benar terjadi. Bahasanya juga komunikatif, mudah dipahami oleh
pembacanya. Di dalam novel ini ada bahasa arabnya juga, dan dibawahnya ada
artinya jadi memudahkan si pembaca
memahmi isinya.
Novel Ayat-ayat Cinta
ini tidak saja menceritakan kehidupan percintaan seperti novel-novel tentang
cinta yang lain, tapi novel ini mengenalkan bagaimana percintaan menurut islam
yang sebanar-benarnya. Novel ini memang sangat bagus isi ceritanya, tidak hanya
menggambarkan kehidupan seseorang yang sangat sederhana, tetapi juga
mengajarkan kepada kita betapa pentingnya hidup di jalan Allah, hidup hanya
benar-benar untuk Allah S.W.T. Seperti yang sudah saya katakan tadi sebelumnya.
Mengajarkan kita betapa susahnya perjuangan seorang mencari ilmu di negeri
orang.
Serta pada novel Perempuan Berkalung Sorban mengandung
nilai-nilai yang berhubungan dengan ruang lingkup dakwah, namun juga memaparkan
kritik-kritik social yang berhubungan dengan posisi wanita dalam keluarga kyai
serta hakekat cinta manusia.
Pada kedua novel ini dikemas dengan sangat baik. Sebelum membaca isinya,
pembaca disuguhkan dengan komentar-komentar orang yang sudah membaca novel
tersebut, jadi menambah keinginan seseorang
untuk mengetahui bagaiman isi ceritanya. Selamat membaca.
Sinopsis
Buku
Ayat-ayat
Cinta
Novel ini
bercerita tentang kisah percintaan yang di balut dalam ajaran-ajaran
islaminya
yang sangat kental. Kisah berawal dari seorang mahasiswa bernama Fahri bin
Abdullah Shiddiq. Ia adalah seorang mahasiswa Universitas Al-azhar, Mesir.
Di Mesir
Fahri tinggal bersama dengan keempat temannya yang juga berasal dari Indonesia.
Mereka tinggal di apartemen sederhana. Mereka mempunyai tetangga yang sangat
baik dan akrab dengan mereka, yaitu keluarga Tuan Boutros. Tuan Boutros
mempunyai istri bernama Madame Nahed, dan dua orang anak mereka Maria dan
Yousef. Keluaraga Tuan Boutros adalah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat.
Putri sulung mereka yang bernama Maria, ia gadis yang unik. Ia seorang Kristen
Koptik, namun ia suka pada Al-Quran. Ia bahkan hafal beberapa ayat Al-Quran,
diantarnnya adalah surat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa
bangga.
Pertemuan
berawal ketika Fahri pergi ke Shubra El-Kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman
Abdul Fattah. Ia pergi kesana naik
metro, dan disitulah awal Fahri bertemu dengan perempuan bercadar yang bernama
Aisha. Aisha bukanlah orang Mesir, melainkan gadis asal Jerman yang sedang
studi di Mesir.
Selain
mempunyai tetangga yang baik, Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat
galak dan
kasar. Kepala keluarga itu bernama Bahadur. Bahadur mempunyai istri
bernama
madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur selalu bersikap kasar
dengan
Noura. Malam itu Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi bulan
bulanan oleh
Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta bantuan
Maria,
akhirnya Maria mau menolong Noura. Fahri berempati penuh dengan Noura
dan ingi
menolongnya. Sayang hanya empati saja, tidak lebih.
Maria
tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al Quran,
dan
mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria
hanya
tercurah dalam diary saja.
Nurul adalah
anak seorang Kyai terkenal yang juga mencari ilmu di Al-Azhar.
Sebenarnya
Fahri menaruh hati pada gadis itu. Sayang rasa mindernya yang hanya
anak
keturunan petani membuatnya tidak pernah mengungkapkan perasaanya pada
Nurul.
Padahal Nurul juga menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak sanggup
mengungkapkan
perasaanya kepada Fahri.
Muncullah
Aisah, si mata Indah yang menyihir Fahri sejak sebuah kejadian di metro,
saat Fahri
membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku. Aisah jatuh cinta pada Fahri,
dan juga
Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Mereka
berdua menikah, dijodohkan oleh pamannya Aisha. Mereka hidup bahagia.
Beberapa
bulan kemudian Aisha dinyatakan mengandung. Tak lama kemudian, Fahri
dapat kabar
kalau Maria koma. Belum sempat menjenguk Maria, malapetaka datang
menghampiri
rumah tangga mereka. Noura menuduh Fahri telah memperkosanya.
Semua orang
tahu bahwa itu adalah fitnah. Fahri diseret, dan dimasukkan ke penjara.
Kuncinya
semua ini adalah Maria yang sedang koma. Dia mengetahui bagaimana
kejadian
yang sebenarnya.
Keluarga
Boutros mendatangi Fahri di penjara, mereka berniat mengunjungi Fahri
dan juga
ingin meminta bantuan kepada Fahri untuk menyadarkan Maria dari
komanya,
dengan menrekam suara Fahri dan nantinya akan didengarkan ke Maria.
Kata dokter
hanya orang yang dicintai Maria yang dapat menyembuhkannya. Tak
kunjung
sadar juga, akhirnya dokter dan madame Nahed menyuruh Fahri untuk
menyatakan
cintanya kepada Maria. Sebelumnya Fahri tidak mau melakukan itu, lalu
Fahri
meminta izin kepada Aisha, akhirnya Aisah menyetujuinya. Setelah itu, Fahri
langsung
menikahi Maria. Setelah beberapa saat kemudian, Maria sadar.
Sidang
penentuan tiba, diakhir persidangan Maria tiba. Dia mengatakan apa yang
sebenarnya
terjadi pada malam itu. Setelah mengatakan itu semua, Maria pingsan dan
langsung
dilarikan ke rumah sakit. Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur
dimasukkan
penjara.
Begitu
divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit yang sama dengan
Maria untuk
diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria belum sadarkan diri
juga. Beberapa
saat kemudian, Aisha mendengar Maria mengigau kalau dia ingin
masuk surga,
tapi tidak diperbolehkan. Lalu ia terbangun dan menceritakan itu semua
pada Aisha
dan juga Fahri. Fahri tau apa yang dimaksudkan oleh Maria, lalu ia
membopong
Maria ke kamar mandi dan Aisha membantu untuk mewudhui Maria.
Selesai itu
Maria kembali dibaringkan di atas kasur seprti semula. Lalu dengan suara
lirih yang
keluar dari relung jiwa ia melafalkan syahadad. Tak lama kemudian, kedua
matanya
tertutup rapat dan akhirnya Maria meninggal dunia.
Perempuan
Berkalung Sorban
Novel yang satu ini pernah lekat bagi mereka pecinta sinema sebab memang telah dituangkan dalam layar lebar. Novel ini bisa dikategorikan karya religious yang cerdas mendobrak kebiasaan-kebiasaan yang membuat posisi wanita menjadi minor. Tokoh utama novel ini bernama Annisa. Ia lahir dan tumbuh di kalangan pesantren yang memegang adat keagamaan secara kokoh. Namun seiring perkembangannya, Annisa mulai merasakan adanya perlakuan yang ganjil bagi dirinya. Ia merasa haknya dikecikan jika dibandingkan dengan saudaranya yang lain. Annisa tak diijinkan berlatih menunggang kuda seperti saudara laki-lakinya, ia tak diijinkan berbicara dan mengemukakan pendapatnya, ia harus diam saat di meja makan, ia tak boleh terlambat bangun dan harus rajin serta masih banyak lagi perlakuan berbeda yang diterima oleh Annisa dari orang tuanya sendiri yang merupakan Kiyai terhormat di pesantren.
Annisa sudah lama menyampaikan protesnya akan tetapi tak ada yang mau mendengarkannya. Satu-satunya yang mendukungnya bernama Khudori. Ia sebenarnya masih kerabat Annisa. Namun benih cinta di antara mereka tak bisa disembunyikan. Hanya saja, berjalannya waktu, Khudori akhirnya harus terpisah dari Annisa sebab ia melanjutkan pendidikannya di Cairo Mesir. Tinggallah Annisa sendiri di lingkungan pesantren. Namun hubungan mereka masih berlanjut lewat surat-surat. Setelah Annisa lulus dari Sekolah Dasar, ia kemudian dijodohkan dengan seorang anak Kiyai terpandang bernama Samsyuddin. Annisa tak setuju atas pernikahan tersebut tapi ia tak kuasa menolak. Pada akhirnya ia tak bahagia dengan pernikahan itu sebab selain tanpa cinta, Syamsuddin juga bukan pribadi yang menyenangkan. Ia kasar dan sering menyiksa Annisa bahkan saat berhubungan intim sekalipun. Perlakuan itu berlanjut hingga suatu waktu datang seorang wanita yang tengah hamil tua dan mengaku anak dalam perutnya adalah keturunan Syamsuddin. Annisa kemudian rela dipologami.
Annisa sebagai isteri pertama menjalin hubungan yang baik dengan isteri kedua suaminya. Mereka bahkan tak segan berbagi. Namun, kembalinya Khudori ke Indonesia membuat Annisa berani menceritakan semua kekejaman Syamsuddin terhadapnya. Akhirnya, ia memilih bercerai. Rasa cinta Annisa dan Khudori tidak bisa disembunyikan. Hanya saja keduanya terganjal restu. Akhirnya mereka memutuskan hidup masing-masing sambil menunggu restu juga masa iddah Annisa habis. Annisa melanjutkan kuliah di Jogjakarta sementara Khudori sibuk bekerja. Singkat cerita, Khudori akhirnya meminang Annisa dan menikah atas persetujuan keluarganya. Mereka hidup bahagia dan dikaruniai anak bernama Mahbub. Namun suatu waktu di sebuah pesta, pasangan ini bertemu dengan Syamsuddin yang masih menaruh dendam. Hingga pada akhirnya Khudori dikabarkan meninggal akibat kecelakaan. Annisa meyakini kematian suaminya disebabkan oleh Syamsuddin. Tapi ia tak punya bukti yang cukup. Ia pada akhirnya memilih ikhlas dan hidup bersama anaknya.
Kepengarangan
1.
Habibburrahman
El Shirazy
Habiburrahman
EL Shirazy, alias Kang Abik, merupakan seorang novelis terkenal di Indonesia.
Dia bahkan dinobatkan sebagai Novelis No.1 Indonesia oleh Insani Universitas
Diponegoro (UNDIP). Dia lahir Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal 30
September 1976.
Selain dikenal sebagai seorang novelis, Habiburrahman EL Shirazy juga dikenal khalayak umum sebagai seorang penyair, dai, bahkan sutradara. Dia adalah lulusan Sarjana dari Univesitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Bayak sekali karya-karya yang telah ia ciptakan dan diminati oleh masyarakat, antara lain : Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film, 2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010) dan The Romance.
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta pada tahun 1995, ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist fakultas Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999. Gelar Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah Habiburrahman EL Shirazy lulus Strata 2 (S2) dari Institute for Islamic Sudies, Kairo, pada tahun 2001.
Selama melakukan pengembaraan intelektualnya di Mesir, Habiburrahman EL Shirazy memiliki pengalaman dalam menjadi pimpinan kelompok kajian Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam (MISYKATI) di Kairo selama 1 tahun, dimulai tahun 1996 hingga 1997. Selain itu, Ia juga pernah menjabat sebagai koordinator Islam ICMI Orsat Kairo dalam dua periode (1998-2000 dan 2000-2002).
Terbentuknya Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Forum Lingkar Pena (FLP) di Kairo juga dikarenakan atas prakarsa darinya.
Selain sebagai novelis, dia juga diangkat sebagai guru di MAN 1 Jogjakarta pada tahun 2003-2004. Selanjutnya ia mendedikasikan ilmunya sebagai guru besar / dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta, Indonesia.
Kang Abik menikah dengan seorang wanita bernama Muyasaratun Sa'idah. Pernikahannya dikaruniai 2 orang anak bernama Muhammad Neil Author dan Muhammad Ziaul Kautsar.
Selain dikenal sebagai seorang novelis, Habiburrahman EL Shirazy juga dikenal khalayak umum sebagai seorang penyair, dai, bahkan sutradara. Dia adalah lulusan Sarjana dari Univesitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Bayak sekali karya-karya yang telah ia ciptakan dan diminati oleh masyarakat, antara lain : Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film, 2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010) dan The Romance.
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta pada tahun 1995, ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist fakultas Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999. Gelar Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah Habiburrahman EL Shirazy lulus Strata 2 (S2) dari Institute for Islamic Sudies, Kairo, pada tahun 2001.
Selama melakukan pengembaraan intelektualnya di Mesir, Habiburrahman EL Shirazy memiliki pengalaman dalam menjadi pimpinan kelompok kajian Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam (MISYKATI) di Kairo selama 1 tahun, dimulai tahun 1996 hingga 1997. Selain itu, Ia juga pernah menjabat sebagai koordinator Islam ICMI Orsat Kairo dalam dua periode (1998-2000 dan 2000-2002).
Terbentuknya Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Forum Lingkar Pena (FLP) di Kairo juga dikarenakan atas prakarsa darinya.
Selain sebagai novelis, dia juga diangkat sebagai guru di MAN 1 Jogjakarta pada tahun 2003-2004. Selanjutnya ia mendedikasikan ilmunya sebagai guru besar / dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta, Indonesia.
Kang Abik menikah dengan seorang wanita bernama Muyasaratun Sa'idah. Pernikahannya dikaruniai 2 orang anak bernama Muhammad Neil Author dan Muhammad Ziaul Kautsar.
2.
Abidah Khalieqy
Abidah El
Khalieqy lahir di Jombang, Jawa Timur. Setamat Madrasah Ibtidaiyah, melanjutkan
sekolah di Pesantren Putri Modern PERSIS, Bangil, Pasuruan. Di Pesantren ini ia
menulis puisi dan cerpen dengan nama Idasmara Prameswari, Ida Arek Ronopati,
atau Ida Bani Kadir. Memperoleh ijazah persamaan dari Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Klaten, dan menjadi juara penulis puisi Remaja Se-Jawa Tengah
(1984). Alumni Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga ini menulis tesis –
Komuditas Nilai Fisik Perempuan dalam Persfektif Hukum Islam (1989). Pernah
aktif dalam Forum Pengadilan Puisi Yogyakarta (1987-1988), Kelompok
Diskusi Perempuan Internasional (KDPI) Yogyakarta, 1988-1989. Menjadi peserta
dalam pertemuan APWLD (Asia Pasific Forum on Women, Law And
Development, 1988).
Karya-karya
penyair dan novelis yang bertinggal di kota budaya ini, telah dipublikasikan di
berbagai media masa lokal maupun nasional, diantaranya The Jakarta Post, Jurnal
Ulumul Quran, Majalah Horizon, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka,
Kedaulatan Rakyat, Jawa Post, dan lain-lain. Serta dimaktubkan dalam berbagai
buku antologi sastra, seperti: Kitab Sastra Indonesia, Angkatan Sastra 2000,
Wanita Pengarang Indonesia, ASEANO: An Antologi of Poems Shoustheast Asia,
Album Cyber Indonesia (Australia), Selendang Pelangi (antologi perempuan
penyair Indonesia), Para Pembisik, Dokumen Jibril, Nyanyian Cinta dan
lain-lain, juga dalam beberapa antologi sastra Festival Kesenian Yogyakarta;
Sembilu Pagelaran, Embun Tajjali dan Ambang. Membacakan karya-karyanya di Taman
Ismail Marzuki (1994 dan 2000). Mewakili Indonesia dalam ASEAN Writers
Conferenc/Workshop Poetry di Manila, Philipina (1995). Menjadi pendamping
dalam Bengkel Kerja Penulisan Kreatif MASTERA (Majlis Sastra Asia Tenggara, 1997).
Membacakan puisi-puisinya di sekretariat ASEAN (1998), Konferensi Perempuan
Islam Se Asia-Fasifik dan Timur Tengah (1999). Mendapat Penghargaan Seni
dari Pemerintah DIY (1998). Mengikuti Program SBSB (Sastrawan Bicara Siswa
Bertanya) di berbagai SMU di kota besar Indonesia (2000-2005). Menjadi pemenang
dalam Lomba Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (2003). Dinobatkan sebagai
salah satu tokoh muda “Anak Zaman Menerobos Batas” versi Majalah Syir’ah
(2004). Menjadi pemakalah dalam Pertemuan Sastrawan Melayu-Nusantara
(2005). Dialog tentang Sastra, Agama dan Perempuan, bersama
Camillia Gibs, di Kedutaan Kanada (2007). Membacakan karyanya dalam
Internasional Literary Biennale (2007). Bukunya yang sudah terbit; Ibuku Laut
Berkobar (1987), Menari di Atas Gunting (2001), Atas Singgasana (2002)
Genijora (2004), Mahabbah Rindu (2007), dan Nirzona (2008). Serta antologi
cerpen dalam bentuk draft; Jalan Ke Sorga (2007) dan The Heavens Gulf (2008).
AUTOBIOGRAFI
Nama saya Gita Indah
Safitri. Orang-orang biasa memanggil saya dengan sebutan Gita. Saya lahir di
Kota Mangga, 08 Oktober 1996. Saya merupakan anak tunggal dari kedua orangtua saya. Ayah saya
bernama Nono Rathono dan Ibu saya bernama Indra Mulyani. Saya memiliki
kegemaran Membaca Ayat suci Al-Qur'an dan buku-buku lainnya, serta memiliki
kegemaran menulis cerita pendek dan puisi. Saya juga merupakan penggemar olah
raga Bulutangkis dan Boyband asal Korea yaitu Super Junior dan 2PM.
Saya mengenyam pendidikan bermula di Taman Kanak-kanak
Islam Al-karomat lulus tahun 2000/2001. Kemudian SDN Singaraja 1 lulus tahun
2007/2008, SMPN 1 Sindang lulus tahun 2010/2011, dan SMAN 2 Indramayu jurusan
IPA lulus tahun 2013/2014. Selama Mengenyam Pendidikan, Alhamdulillah saya
pernah Meraih Juara III Lomba Membaca Puisi tingkat SMA.
Dan kini
saya melanjutkan ke perguruan tinggi, di Universitas Wiralodra, FKIP/Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Selama 3 semester menuntut ilmu di Universitas
Wiralodra, Alhamdulillah saya sudah menorehkan prestasi, diantaranya Juara I
Lomba Menulis Cerita Pendek Pentas Sastra 2015, Juara II Lomba Membaca Puisi
Pentas Sastra 2015. Selain itu, saya juga terlibat dibeberapa acara yang
diselenggarakan HIMBASI, salah satunya yaitu dalam Teatrikal Sajak Seonggok
Jagung karya W.S. Rendra.
Komentar
Posting Komentar